Kau datang ketika kesedihan itu mendera
Merangkul dan menemani diriku
Menangis bersama dalam pekatnya malam
Kau datang ketika kekecewaan itu menggunung
Menemaniku berteriak dalam emosi
Meninju awan yang gelap, bertanya tentang keadilan
Kau slalu hadir saat gelapnya mendung
Menghilang dalam keceriaan embun pagi
Tak pernah ada kesempatan bagiku
Tuk ucapkan terima kasih kepadamu....
(WishingTrees)
Tiga piala sudah terpampang manis di rumah kami yang mungil, hasil yang didapat beruntun dari perjuangan putri kami dalam tiga lomba yang berbeda, juara 1 dalam lomba menggambar dengan komputer, juara 2 dalam lomba senam bebas dan juara harapan 2 dalam lomba kerajinan tangan duet antara ibu dan anak.
Kemarin, putri mungil ini bercerita bahwa dia memenangkan lomba membawa kelereng di sekolah dalam perayaan Tujuh Belas Agustus dan meraih juara 1. Aku mendengar keceriaan-nya didalam bercerita bagaimana ia sukses memenangkan lomba tersebut dan menyimpulkan bersama dirinya bahwa ia menang dalam lomba itu karena berhasil membawa kelereng dalam keadaan stabil dan tenang. Sesaat setelah pembicaraan itu, tiba-tiba aku merasakan keinginan untuk menuangkan rekaman peristiwa ini agar kelak dewasa nanti ia dapat mengerti pikiran dan tindakan papinya selama ini.
Juara, menang dan sukses identik dengan keberhasilan yang nilainya mewah, kita selalu mendengar ataupun melihat berita tentang kesuksesan dan keberhasilan orang lain. Seringkali kisah sukses ataupun keberhasilan tersebut didengungkan sekilas dengan kisah kegagalan, namun porsi terbesar selalu berita tentang keberhasilan itu sendiri. Jarang sekali atau bahkan tidak ada manusia yang mampu untuk menceritakan bagaimana ia gagal dan merasakan manisnya kegagalan tersebut sebelum ia sukses, termasuk aku yang sedang bercerita ini.
Kesuksesan butuh kemampuan diri yang luar biasa untuk menerima kegagalan sebagai sahabat setia. Sebenarnya mau diakui atau tidak, dalam kehidupan ini kegagalan merupakan sahabat setia kita, sementara kesuksesan bukanlah teman yang baik dan setia. Bersama kegagalan kita mengenal kata pantang menyerah, berjuang kembali, termotivasi kembali, menangis sedih, kecewa dan mau belajar lagi. Sementara bersama kesuksesan kita akan mengenal kata sombong, tidak mau belajar, merasa lebih pandai dari orang lain, superior, outstanding bahkan dalam kasus yang akut bisa menyebabkan victory disease (penyakit kemenangan). Hasilnya jelas, bersama kegagalan kita akan lebih banyak menerima nasehat dan dorongan supaya bisa menerima keberagaman dalam hidup yang dinamis dan nanti ketika diinsyafi akan kelihatan normalnya. Sementara di dalam keberhasilan, mata hati dan telinga kita pelahan namun pasti akan menjadi tertutup akibat terbuai oleh puja puji yang menyebabkan kita tidak bisa lagi membedakan mana yang terbaik bagi diri kita.
Kembali ke cerita diatas, setelah merasakan tiga kali kemenangan beruntun , sesaat sesudah kemenangan yang ketiga, aku langsung mengajak istri berembuk dan sepakat agar kita sekuat tenaga mengikutsertakan dia ke dalam lomba lebih banyak lagi. Tujuannya jelas, yakni untuk mencari kekalahan karena tanda-tanda victory disease sudah didepan mata kami berdua dan itu tidak baik karena bagiku kekalahan memiliki nilai dan bobot yang lebih besar daripada kemenangan. Aku bertekad untuk memperkenalkan sahabat setia putri kami dalam kehidupan ini sesegera mungkin.
Akhirnya putri kami mengenal kekalahan untuk pertama kali dalam lomba yang diikuti setelah kemenangan beruntun itu, ia menangis sedih dan bercerita dalam pilu tentang bagaimana ia kalah dan betapa kecewa dirinya. Untuk pertama kalinya aku mendengar ia berkata Kenapa aku kalah? Kenapa aku bisa kalah? Dalam kebahagiaan yang tak terlukiskan kugendong dan peluk erat dirinya serta berkata “kalah dan menang itu biasa, justru papi bangga sama kamu ketika kamu kalah, ayo jangan patah semangat ya.”
Momen kekalahan yang indah itu terekam terus dalam pikiranku dan hari ini, ketika dia menang dalam lomba membawa kelereng, dalam hati kecil, aku berharap agar ia dapat selalu menjaga nilai dari kemenangan itu tidak lebih dibanding dengan nilai dari kekalahan yang diperolehnya.
No comments:
Post a Comment