Pages

Wednesday, March 26, 2014

26 Maret 2014 -Kebadungan Yang Layak Diceritakan-

"The purpose of life is to live it, to taste experience to the utmost, to reach out eagerly and without fear for newer and richer experience."
- Eleanor Roosevelt-

Siapa yang tidak pernah berbuat kebadungan di masa kecil? Mungkin hampir semua dari kita yang pernah melewati masa kecil pernah melakukannya, bisa jadi kebadungan yang dilakukan itu luar biasa hebatnya hingga membekas dalam ingatan semua orang yang terkait atau minimum kebadungan yang masih dalam taraf normal (tidak melenceng namun cukup mendebarkan). Menurutku kebadungan sendiri adalah suatu proses belajar untuk mendapatkan suatu pengalaman berdasarkan tindakan pemberontakan terhadap norma sosial. Disadari atau tidak, sejak kecil kita hidup dan tumbuh dalam sebuah proses yang diatur dan disesaki oleh norma sosial yang kebenarannya patut dipertanyakan. Sementara hakekat kehidupan itu adalah belajar dan mendapat pengalaman lewat suatu proses yang tidak mengenal kebenaran absolut. Pengalaman seseorang, baik yang positif ataupun negatif, tetap merupakan guru yang brutal dan memberikan suatu pelajaran berharga dalam mewarnai tindakan dan keputusan kita di masa depan. Apakah pengalaman itu suatu kesalahan ataupun kebenaran hanya akan terjawab oleh waktu, bukan sekelompok masyarakat apalagi orang tua.

Yuyu kecil yang sedang tumbuh dalam hidupnya ini pun tak luput merasakan pengalaman dari tindakan-tindakan badungnya agar ia dan kami sebagai orang tuanya ikut belajar dari pengalaman-pengalaman tersebut. Dibawah ini adalah beberapa cerita tentang kebadungan-nya yang telah memberikan kami pengalaman berharga.

1. Memperalat papi untuk menghindari kemarahan mami
Aku lupa kapan waktu persis terjadinya, namun yang kuingat adalah saat dimana ia mulai menyukai makan kerupuk. Biasanya kerupuk yang dibeli pasti akan lebih dari satu karena aku juga penggemar kerupuk. Namun jenisnya yang beragam tentu akan menggugah selera anak kecil untuk memakan lebih dari satu. Untuk hal ini maminya tegas melarang dengan ancaman hukuman. Apa yang dilakukan yuyu ketika ia ingin makan kerupuk lagi? Ia menunggu diriku pulang dan dengan riang berdiri di pintu depan rumah menungguku masuk dan berkata "Papi, kita habis beli kerupuk buat papi loh, ini kerupuknya" sambil memperlihatkan kerupuk itu padaku. "dimakan ya..." Aku yang tidak tahu menahu tentang larangan dari maminya, membuka kerupuk itu sambil tak lupa menawari yuyu untuk ikut makan bersama. Iapun tak menolak dan kami berdua asyik makan kerupuk sambil menonton tv. Saat istriku memergoki kami, iapun memarahi yuyu, tapi dengan santainya ia berkata, "ini kan kerupuknya papi, jadi waktu papi pulang aku kasih ke papi, terus papi ngajak aku makan sama-sama." nah lo....akhirnya akulah yang kena getahnya dan memperoleh omelan dari istriku.  

2. UAS yang sunyi
Siapa yang pernah dihinggapi rasa malas untuk belajar? semua pasti pernah, tapi bagaimana caranya supaya tidak belajar tanpa tidak diketahui? Mungkin kita bisa belajar dari pengalaman yuyu. Suatu ketika, secara tidak sengaja aku terlibat dalam diskusi salah satu grup di bb yang mengeluhkan betapa sibuknya para mama ketika harus memperhatikan anaknya belajar UAS. Aku tersenyum saat membaca keluhan-keluhan itu karena pikirku yuyu biasanya akan memberi tahu kapan ia akan UAS dan bersiap belajar sendiri. Tetapi rasa penasaran menyergapku karena ketikah kehebohan UAS itu terjadi kok aku belum dapat berita dari yuyu tentang kapan UAS-nya dimulai. Iseng-iseng aku bertanya ke yuyu, "yu, kapan kamu UAS?" Betapa kagetnya diriku ketika ia menjawab "kan besok udah terakhir pi..." Loh, kapan belajarnya...? lanjutku. Jawaban dari yuyu lebih mengagetkan lagi "aku nda belajar tapi bisa tuh, pi." Alamak....UAS tanpa info tanpa belajar. Seketika aku memarahinya dan melaporkan hal ini kepada maminya dan ia pun sama terkejutnya dengan diriku. Tidak perlu diceritakan lagi bahwa hasil UAS tanpa belajar itu tidak merefleksikan kemampuan yuyu yang maksimal, prestasinya melorot dan atas dasar itulah kami menghukumnya. Aku yakin hukuman kami tidak membuatnya jera dan suatu saat akan terulang lagi karena keberhasilannya untuk tidak belajar merupakan kegagalan kami dalam memperhatikannya. 

3. Pamit ke mbak kan sama dengan pamit ke mami
Kita sering menasehati yuyu bahwa mbak dirumah itu bisa dianggap sebagai wali mami dan papi yang bertugas untuk menjaganya. Jadi harapan kami, yuyu tidak memperlakukan mbak di rumah itu semena-mena. Yuyu menaatinya bahkan melakukan tindakan yang lebih spektakuler lagi. Mamaku sering mengajak yuyu, cucunya, untuk jalan bersama. Masalahnya waktu untuk jalan keluar itu lebih sering di malam hari. Akibatnya pulang sering larut malam, hal ini menimbulkan masalah dengan jadwal bangun di pagi hari yang berujung pada keterlambatan ke sekolah, karena itu maminya sering melarang yuyu untuk ikut jalan bersama emaknya. Suatu hari, ketika maminya sedang mandi, emak hendak mengajaknya jalan. Khawatir tidak diijinkan mami, yuyu langsung lari menyongsong emak dan memberitahunya bahwa ia akan berpamitan dengan mami dan berganti baju. Yuyu memang berpamitan, tetapi bukan dengan maminya melainkan dengan mbak. Sambil lari-lari kecil, ia menghampiri mbak dan berkata "mbak, yuyu pergi dulu dengan emak ya." Istriku keheranan sehabis mandi mendapat laporan 'pamit'nya yuyu dari mbak dan ketika yuyu pulang larut, ia pun mendapatkan teguran dari mami bahwa seharusnya ia berpamitan dengan mami bukan dengan mbak. Jawaban yuyu adalah "loh, kata mami mbak kan wakilnya mami dan papi, jadi yuyu pikir pamit sama mbak kan sama dengan pamit dengan mami." Jawaban badung yang membuat istriku tidak bisa berkata lebih lanjut. 

Lepas dari kegiatan kebadungan yang dipertontonkannya kepada kami, aku tidak pernah menganggap hal itu adalah suatu kesalahan baginya ataupun kegagalan kami sebagai orang tua. Menurutku, dasar dari tindakan-tindakan badung yuyu adalah kesempatannya memanfaatkan celah kosong perhatian kami, itu adalah sebuah kewajaran, kalau tidak boleh dikatakan sebagai suatu keberhasilan. Aku hanya berharap ia mendapatkan pengalaman yang berharga dari tindakannya itu untuk kemudian dapat memakluminya ketika menjadi orang tua suatu saat di masa depan. 

No comments:

Post a Comment