Cerita ini dibuat di suatu hari di tahun 2008 ketika putri kecil kami masih berusia 3,5 tahun dan akan menjadi dasar dari cerita selanjutnya yang sesuai dengan judul diatas.
Sudah beberapa kali kami berusaha untuk membuat Yuyu dapat melafalkan huruf sehingga nantinya ia tidak kesulitan untuk masuk dan belajar di taman kanak-kanak. Beberapa cara sudah dilakukan antara lain, membeli satu lembar karton yang berisi huruf dari a-z, setelah memasang karton tersebut di dinding, kami mulai mengajarinya untuk menghafal huruf tersebut. Kesulitan datang karena Yuyu tidak suka belajar, tidak ada anak yang suka belajar ketika seharusnya ia bermain, walhasil ia hanya mau mempelajari huruf a-i, itupun dengan lafal yang sengaja disalahkan olehnya, setelah gagal dengan metode menghafalkan, istri menyarankan untuk mengubah metodenya dengan menempelkan kata2 disekitar benda-benda yang mudah untuk dilafalkan, seperti tulisan meja di meja belajarnya yang kecil, tulisan teve di televisi dan lain-lain. Ide ini juga tidak berjalan dengan mulus karena baik Yuyu maupun kami malah sama sekali tidak pernah menaruh perhatian atas tulisan tersebut.
Ide cemerlang datang lagi dari istriku yang memang punya ambisi besar untuk membuat Yuyu pandai membaca, ia membeli sekotak kartu yang berisi huruf a-z dan mulai mengajarnya dengan metode…..menghafal, kesalahan ini kami ulangi lagi karena kami masih tidak sadar bahwa putri kami sebenarnya ingin bermain. Setelah melalui protes keras yang berujung pada pemberontakannya untuk belajar, aku sadar, metodenya yang harus dirubah. seharusnya aku mencoba untuk mengajaknya bermain, akhirnya aku menciptakan kata-kata sederhana yang akan kita pakai untuk bermain, seperti papa, mama, kaki, dan lain-lain setelah itu kami mulai mencari hurufnya, aku melihat betapa bersemangatnya ia untuk mencari huruf-huruf itu dan kami berlatih untuk mengingat hurufnya. Sesekali aku "berpura-pura" lupa hurufnya dan ia dengan bahagia membetulkan huruf yang salah tersebut.
Permainan jadi lebih seru ketika huruf yang dikumpulkan sudah lengkap dan sekarang tinggal proses menatanya, sekali lagi kita bermain untuk menyatukan huruf tersebut sehingga lafalnya pas dan oh....betapa menyenangkan dan mudah baginya untuk menghafalkan huruf daripada ketika kami memaksanya. Bahkan ketika tulisan ini ditulis, Yuyu sudah punya kemampuan untuk memasang huruf tersebut menjadi satu kata yang mudah, tentu dengan sedikit kesalahan yang entah disengaja atau tidak, seperti kata papa menjadi apap, kaki menjadi akik, tapi yang penting kami bermain sambil belajar.
Yuyu masih berumur 3,5 tahun dan masih ingin bermain, dia adalah anak kami yang masih membutuhkan banyak permainan untuk menggali kreatifitasnya....aku bukan ayah yang baik ketika memaksanya belajar karena ia masih ingin bermain...
Sudah beberapa kali kami berusaha untuk membuat Yuyu dapat melafalkan huruf sehingga nantinya ia tidak kesulitan untuk masuk dan belajar di taman kanak-kanak. Beberapa cara sudah dilakukan antara lain, membeli satu lembar karton yang berisi huruf dari a-z, setelah memasang karton tersebut di dinding, kami mulai mengajarinya untuk menghafal huruf tersebut. Kesulitan datang karena Yuyu tidak suka belajar, tidak ada anak yang suka belajar ketika seharusnya ia bermain, walhasil ia hanya mau mempelajari huruf a-i, itupun dengan lafal yang sengaja disalahkan olehnya, setelah gagal dengan metode menghafalkan, istri menyarankan untuk mengubah metodenya dengan menempelkan kata2 disekitar benda-benda yang mudah untuk dilafalkan, seperti tulisan meja di meja belajarnya yang kecil, tulisan teve di televisi dan lain-lain. Ide ini juga tidak berjalan dengan mulus karena baik Yuyu maupun kami malah sama sekali tidak pernah menaruh perhatian atas tulisan tersebut.
Ide cemerlang datang lagi dari istriku yang memang punya ambisi besar untuk membuat Yuyu pandai membaca, ia membeli sekotak kartu yang berisi huruf a-z dan mulai mengajarnya dengan metode…..menghafal, kesalahan ini kami ulangi lagi karena kami masih tidak sadar bahwa putri kami sebenarnya ingin bermain. Setelah melalui protes keras yang berujung pada pemberontakannya untuk belajar, aku sadar, metodenya yang harus dirubah. seharusnya aku mencoba untuk mengajaknya bermain, akhirnya aku menciptakan kata-kata sederhana yang akan kita pakai untuk bermain, seperti papa, mama, kaki, dan lain-lain setelah itu kami mulai mencari hurufnya, aku melihat betapa bersemangatnya ia untuk mencari huruf-huruf itu dan kami berlatih untuk mengingat hurufnya. Sesekali aku "berpura-pura" lupa hurufnya dan ia dengan bahagia membetulkan huruf yang salah tersebut.
Permainan jadi lebih seru ketika huruf yang dikumpulkan sudah lengkap dan sekarang tinggal proses menatanya, sekali lagi kita bermain untuk menyatukan huruf tersebut sehingga lafalnya pas dan oh....betapa menyenangkan dan mudah baginya untuk menghafalkan huruf daripada ketika kami memaksanya. Bahkan ketika tulisan ini ditulis, Yuyu sudah punya kemampuan untuk memasang huruf tersebut menjadi satu kata yang mudah, tentu dengan sedikit kesalahan yang entah disengaja atau tidak, seperti kata papa menjadi apap, kaki menjadi akik, tapi yang penting kami bermain sambil belajar.
Yuyu masih berumur 3,5 tahun dan masih ingin bermain, dia adalah anak kami yang masih membutuhkan banyak permainan untuk menggali kreatifitasnya....aku bukan ayah yang baik ketika memaksanya belajar karena ia masih ingin bermain...
No comments:
Post a Comment