Pages

Wednesday, March 7, 2012

7 Maret 2012 -Gmana cara membuatmu mau membaca ya yu? (prelude)-


Cerita ini dibuat di suatu hari di tahun 2008 ketika putri kecil kami masih berusia 3,5 tahun dan akan menjadi dasar dari cerita selanjutnya yang sesuai dengan judul diatas.


Sudah beberapa kali kami berusaha untuk membuat Yuyu dapat melafalkan huruf sehingga nantinya ia tidak kesulitan untuk masuk dan belajar di taman kanak-kanak. Beberapa cara sudah dilakukan antara lain, membeli satu lembar karton yang berisi huruf dari a-z, setelah memasang karton tersebut di dinding, kami mulai mengajarinya untuk menghafal huruf tersebut. Kesulitan datang karena Yuyu tidak suka belajar, tidak ada anak yang suka belajar ketika seharusnya ia bermain, walhasil ia hanya mau mempelajari huruf a-i, itupun dengan lafal yang sengaja disalahkan olehnya, setelah gagal dengan metode menghafalkan, istri menyarankan untuk mengubah metodenya dengan menempelkan kata2 disekitar benda-benda yang mudah untuk dilafalkan, seperti tulisan meja di meja belajarnya yang kecil, tulisan teve di televisi dan lain-lain. Ide ini juga tidak berjalan dengan mulus karena baik Yuyu maupun kami malah sama sekali tidak pernah menaruh perhatian atas tulisan tersebut.

Ide cemerlang datang lagi dari istriku yang memang punya ambisi besar untuk membuat Yuyu pandai membaca, ia membeli sekotak kartu yang berisi huruf a-z dan mulai mengajarnya dengan metode…..menghafal, kesalahan ini kami ulangi lagi karena kami masih tidak sadar bahwa putri kami sebenarnya ingin bermain. Setelah melalui protes keras yang berujung pada pemberontakannya untuk belajar, aku sadar, metodenya yang harus dirubah. seharusnya aku mencoba untuk mengajaknya bermain, akhirnya aku menciptakan kata-kata sederhana yang akan kita pakai untuk bermain, seperti papa, mama, kaki, dan lain-lain setelah itu kami mulai mencari hurufnya, aku melihat betapa bersemangatnya ia untuk mencari huruf-huruf itu dan kami berlatih untuk mengingat hurufnya. Sesekali aku "berpura-pura" lupa hurufnya dan ia dengan bahagia membetulkan huruf yang salah tersebut.

Permainan jadi lebih seru ketika huruf yang dikumpulkan sudah lengkap dan sekarang tinggal proses menatanya, sekali lagi kita bermain untuk menyatukan huruf tersebut sehingga lafalnya pas dan oh....betapa menyenangkan dan mudah baginya untuk menghafalkan huruf daripada ketika kami memaksanya. Bahkan ketika tulisan ini ditulis, Yuyu sudah punya kemampuan untuk memasang huruf tersebut menjadi satu kata yang mudah, tentu dengan sedikit kesalahan yang entah disengaja atau tidak, seperti kata papa menjadi apap, kaki menjadi akik, tapi yang penting kami bermain sambil belajar.

Yuyu masih berumur 3,5 tahun dan masih ingin bermain, dia adalah anak kami yang masih membutuhkan banyak permainan untuk menggali kreatifitasnya....aku bukan ayah yang baik ketika memaksanya belajar karena ia masih ingin bermain...

10 Desember 2011 -Carrot and Stick for Ulangan Umum-

Carrot and stick (also "carrot or stick") is an idiom that refers to a policy of offering a combination of rewards and punishment to induce behavior. It is named in reference to a cart driver dangling a carrot in front of a mule and holding a stick behind it. The mule would move towards the carrot because it wants the reward of food, while also moving away from the stick behind it, since it does not want the punishment of pain, thus drawing the cart. -Wikipedia Free Encyclopedia-

Semester satu akan berakhir dengan dimulainya ulangan umum di bulan Desember 2011 ini. Seperti dalam ulangan harian, Biasanya putri kami akan mengelak dari tugas belajarnya dengan melakukan banyak kegiatan yang tidak perlu untuk menghindari belajar, mulai dari main, nonton tv, bermain ke rumah neneknya, bahkan pergi jalan-jalan. Perhatian istriku yang sebagian besar tertuju pada anak kedua kami dimanfaatkan dengan sebaik mungkin oleh putri kami untuk tidak belajar. Pada momen ini, aku bisa menggunakan metode marah-marah atau menggunakan kemucing untuk  membantunya belajar lebih tekun, tapi kelak metode ini tidak akan bisa bertahan lama dan  memudar pelahan-lahan seiring dengan pertumbuhan usianya. 


Anak yang terlalu sering dimarahi dan dipukuli akan terbiasa dengan kehidupan tersebut dan akan menganggap normal kekerasan yang terjadi pada dirinya ataupun kekerasan yang dilakukan dirinya kepada orang lain dan aku bukanlah ayah yang cukup tolol untuk menggunakan metode itu. Iseng-iseng aku mencoba metode carrot and stick yang biasa digunakan oleh banyak perusahaan untuk memacu pegawainya berprestasi. Metode carrot and stick sebenarnya cukup simple dan sangat berguna untuk diterapkan  untuk anak-anak kita karena pada umumnya anak-anak kita memiliki hubungan yang jauh lebih dekat dengan kita daripada kolega yang menjadi bawahan di kantor. Intinya ada pada rasa saling percaya antara anak dan ortu, yup konsep memang selamanya mudah dibandingkan dengan praktek, benarkah?.............


Untuk memulai metode ini aku bertanya pada putriku, "yuyu mau apa nanti waktu liburan semester satu?" "mau mainan di funworld 10x", jawabnya. menurutku itu bukan permulaan yang baik karena bermain 10x di funworld tidak akan membuatnya menjadi puas tapi malah menjadi kecanduan main disana. Dengan hati-hati aku mundur dari pertanyaan yang salah itu dan memikirkan strategi lain sementara waktu ulangan umum berdetak semakin dekat. Hari sabtu terakhir sebelum Ulangan Umum yang dimulai hari senin, aku masih belum mendapatkan solusi untuk carrot and stick, bukan karena aku kekurangan ide, tapi karena ide itu lebih banyak disita oleh tempatku bekerja daripada untuk putri kesayanganku itu. Hari itu aku bertekat untuk menyelesaikan masalah ini dan memberikan ketenangan belajar yang tidak perlu dipaksakan kepada putriku. 


Kami berdua berjalan-jalan di gramedia dan sepintas terbit ideku untuk melanjutkan negosiasi yang tertunda itu,"coba lihat, bagus sekali pensil pilot ini ya, waaah pensil warnanya juga cakep, penghapus bulat ini juga manis" rayuanku termakan dengan mudah. Yuyu memang tertarik dengan benda-benda sekolah dan akupun mulai bernegosiasi, "yuyu mau semua ini", "mau, beliin dong pi" rajuknya manja. "oooo, bisa aja tapi.....", " tapi apa?" tangkisnya "tapi papi ada permintaan sedikit, gimana? bisa nda?", "apa itu?"tanyanya penuh curiga. "papi mau kamu belajar agar nilai ulangan umum-mu diatas tujuh semua, papi tidak perlu nilai seratus cukup nilai tujuh" kataku. "kalau nilai enam lima, gimana pi?"tanyanya "kalo ada satu yang dapat nilai enam lima, berarti ga jadi beli sayang"tangkisku. "oooo, jadi mesti nilai tujuh semua ya?, kalau tujuh lima?", " kalau tujuh lima ya bagus dong" kataku, "enam delapan?", "nda bisa", "enam sembilan?", "ndaaaa", "ooo harus persis tujuh atau tujuh lebih ya pap?" "yup, baru kamu dapat tiga barang tadi....plus diary cantik ini", "mauuu"rajuknya manja, "oke, belajar dulu dong" jawabku. Hari itu kami tidak berlama-lama di gramedia karena yuyu memintaku pulang lebih awal untuk......belajar, sesampai di rumah perjanjian tersebut kuratifikasi di selembar kertas dan kutanda-tangani untuk disimpan di dompet pensilnya. Pengen tau hasil ujiannya? nda perlu diceritain deh, cukup kuceritakan bahwa disuatu hari sabtu siang yang indah, si kecil yuyu berjalan keluar dari gramedia dengan membawa kantung plastik berlogo gramedia di tangan kanannya.