Pages

Tuesday, November 27, 2012

28 November 2012 - Papi adalah guru semangat Yuyu -



Satu Ayah lebih berharga dari 100 guru disekolah 
– George Herbert -


Sudah hampir setahun piano yang dibeli dengan cara dicicil itu berada di rumah kami dan cicilannya pun masih belum menunjukkan tanda-tanda berakhir. Sementara itu, dentingan yang mula-mula sederhana mulai meningkat menuju nada-nada musik yang mulai berirama cepat dengan tekanan-tekanan yang semakin sulit. Disisi lain, dentingan nada yang awalnya sering didengar itu kini mulai terdengar jarang. Ada apa gerangan?

"Papi, yuyu mau berhenti les piano." pinta yuyu suatu ketika di pagi yang mendung. Seketika seperti ada kilat yang menyambar diriku seiring dengan mulainya gerimis di awal musim hujan yang terlambat ini. "kenapa yuyu mau berhenti?" kataku dengan nada yang dibuat tenang. "yuyu pengen aja, bosen main piano,"jawabnya. "hmm, kalo gitu papi mesti berhentiin les piano yuyu dong?"tanyaku hati-hati "iya pi"jawab yuyu pasti. "kalau begitu nanti piano-nya mesti papi jual dong?"lanjutku lagi dengan penuh harapan cemas bahwa yuyu akan menolak pianonya dijual, "iya pi, dijual aja...." Duarr!!!!, petirnya menyambar setelah kilat dan telingaku berdenging....respon awalku adalah apa yang salah? Bagaimana mungkin yuyu yang dulu minta piano dengan semangat belajar yang luar biasa tiba-tiba berubah hendak berhenti main piano? (kalau tidak ingat cerita semangat yuyu belajar piano, bisa direfresh ke cerita: 29 September 2011 -Minuet-).

Kini saatnya aku harus mengeluarkan salah satu kartu jokerku yang paling luar biasa pada yuyu, yang sering aku gunakan disaat-saat aku terdesak dan kalah untuk memaksakan kehendakku padanya, yakni intimidasi untuk menceritakan masalah ini kepada semua orang yang kukenal. Maka dengan wajah sesantai mungkin aku berbicara dengan yuyu lagi, "kalau begitu papi mesti mengabarkan kabar sukacita ini keseluruh penjuru dunia." Yessssss.....berhasil, yuyu mulai mengambek mendengar kalimatku itu. Dalam pikirannya, semua orang akan tahu kalau ia berhenti les piano karena......bosan hehehehehehehe. Dan seakan Tuhan menjawab doaku tersebut, pagi itu aku bertemu dengan Kevin, salah seorang temanku yang dikenal juga oleh yuyu. "Papi boleh cerita ke om Kevin kan yu?" kejarku dengan cepat dan penuh kemenangan. Yuyu meninggalkanku dan tidak mau bertemu dengan Kevin karena.....ngambek.

Dalam perjalanan pulang, pada saat yuyu tidak mau berbicara padaku, aku berpikir jika kartu joker pun tidak berguna pada saat kugunakan, maka ada masalah mendasar yang membuat yuyu tidak mau main piano lagi.....apa itu ya? bagaimana aku bisa tahu? dan kalaupun tahu bagaimana bisa membantunya? Aku buta piano dan musik, jangankan membaca tangga nada yang bagiku seperti ular tangga, memainkan nada dengan satu tangan dipiano saja sudah cukup sulit bagiku, jadi bagaimana aku bisa membantunya jika memang tahu masalahnya? Akhirnya kuputuskan bahwa aku harus mencoba untuk mencari tahu dan jika memang nanti tidak tahu aku mesti lapor ke guru pianonya.

Sesampai dirumah, aku melapor pada istriku bahwa yuyu hendak berhenti main piano, diluar dugaan, istriku sudah mengetahuinya....jadi aku adalah orang terakhir yang tidak tahu apa-apa tentang masalah ini dan masih mencicil piano tiap bulan pula?? Semangatku hidup dan membara melihat situasi seperti ini, aku mulai membuka pembicaraan lagi dengan yuyu, menanyakan lagi sampai dimana pelajaran pianonya dan bahkan memintanya memainkan lagu yang kami suka. Setelah itu, aku bertanya tentang lagu yang telah dipelajarinya terakhir serta memintanya untuk dimainkan pula......yuyu terlihat tidak siap dan lagu tersebut dimainkan secara berantakan. Sejenak aku berpikir, lagu ini memang sulit karena ada dua balok nada yang harus dimainkan dengan kedua tangan mesti sinkron dan saling mengisi. Pada awal yuyu bermain piano, aku masih turut mengajarinya, tetapi lebih ke arah penekanan perasaan ke dalam setiap lagu yang dimainkan yuyu dan aku tidak perlu sok untuk mengerti dan menguasai tangga nada yang memang tidak kumengerti sama sekali.

Namun untuk kasus lagu ini, ada beda yang menjurang, aku tidak bisa menekankan perasaan yuyu ke dalam lagu itu karena.....yuyu tidak menguasai lagunya, tetapi ada satu hal yang aku mengerti, jika nadanya sulit dimainkan oleh dua tangan maka mainkan dulu dengan satu tangan, jadi kalau kedua tangan sudah hapal dengan nada-nya maka barulah disinkronkan. Yuyu menuruti saranku dan mencoba mensinkrokan nadanya dengan cara memainkan balok nada atas sebanyak sepuluh kali dengan tangan kiri dan balok nada bawah sepuluh kali dengan tangan kanan kemudian bermain sinkron dengan kedua tangan, just as simple as that and then the miracle happen.....yuyu terkejut karena ia telah bisa memainkan lagunya dengan lebih baik. Aku tersenyum dan berkata padanya "papi rasa kamu sudah siap untuk mainkan lagu itu ke miss-mu deh"

Saat yang ditunggu-tunggu itu akhirnya datang, yuyu pulang dari les piano dan berkata padaku dengan bangga "papi, kata miss aku bisa lanjutin ke buku tes musik" "oya? trus gimana rencanamu untuk berhenti les piano?" tanyaku lagi. Kalimat jawaban selanjutnya dari yuyu membuatku terjaga "ngapain berhenti les piano, kan ada papi yang jadi guru semangat yuyu?"

Papi adalah guru semangat yuyu.....apakah ini janjiku kepadanya ataukah ini ucapan terima kasih tulusnya padaku? jika ini janjiku maka aku akan berusaha sekuat tenaga untuk tetap menjadi guru semangatmu yu....


PS.
1. For your kind interest, the song that my daughter should learned called: Down By The Bay - one of classical song that should be learned during basic piano lesson, you could find it on:
http://www.youtube.com/watch?NR=1&v=Lk6MnqBf2H8&feature=endscreen
2. Special Thanks for Kevin Mardhi to be appear on live scene as my Daddy-Daughter Story's witness. GBU

No comments:

Post a Comment